kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Adalah Mungkin untuk Hidup dengan Omicron, Ini Alasan Singapura


Rabu, 09 Februari 2022 / 16:21 WIB
Adalah Mungkin untuk Hidup dengan Omicron, Ini Alasan Singapura
ILUSTRASI. Singapura menyatakan, adalah mungkin untuk hidup dengan varian Omicron karena jumlah kasus dengan penyakit parah tetap rendah meskipun ada lonjakan kasus. REUTERS/Edgar Su.

Sumber: Channel News Asia,Reuters | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Menteri Kesehatan Singapura Ong Ye Kung mengungkapkan pada Selasa (8/2), adalah mungkin untuk hidup dengan varian Omicron karena jumlah kasus dengan penyakit parah tetap rendah meskipun ada lonjakan kasus.

Kementerian Kesehatan Singapura bakal memantau lintasan gelombang penularan varian Omicron dengan cermat. Dan, Ong bilang, “setiap negara akan mengalami dan bahkan membentuk kurva gelombang transmisi mereka”.

Menurut dia, gelombang bisa naik tajam dan runtuh dalam beberapa minggu, seperti di Afrika Selatan dan Australia. Atau, bisa tetap cukup tinggi untuk waktu yang sedikit lebih lama, seperti di Belanda atau Denmark.

“Kami mencoba untuk hidup berdampingan dengan kekuatan alam, dengan langkah-langkah yang telah kami lakukan, seperti perilaku sosial yang terkendali dan vaksinasi," katanya, seperti dikutip Channel News Asia. 

"Tidak ada yang tahu persis, apa dampak dari langkah-langkah ini, seperti apa garis tren akhir, dan apa yang ada di sisi lain dari varian Omicron,” ujar Ong.

Baca Juga: PM Selandia Baru: Omicron Tidak akan Jadi Varian Terakhir, Ini Belum Berakhir

Baca Juga: Waspada! Angka Kematian Akibat Covid-19 Meningkat di Tengah Penurunan Kasus Global

“Namun yang menghibur dan menggembirakan adalah, di antara pasien yang terinfeksi, jumlah kasus dengan hasil klinis yang parah tetap rendah meskipun lonjakan kasus yang tajam. Ini berarti, adalah mungkin untuk hidup dengan Omicron,” ungkap dia.

Sementara Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern memperingatkan, Omicron tidak akan menjadi varian terakhir yang akan negeri kiwi hadapi tahun ini.

"Ketua Parlemen, saran dari para ahli adalah Omicron tidak akan menjadi varian terakhir yang akan kita hadapi tahun ini," ungkapnya kepada anggota Parlemen Selandia dalam pidato yang disiarkan langsung, Selasa (8/2).

"Ini belum berakhir. Tapi, bukan berarti kita tidak bisa bergerak maju. Dan terus membuat kemajuan. Dan begitulah kita," imbuh dia, seperti dikutip Reuters.

Sebelumnya, Ardern mengatakan kepada Radio New Zealand, puncak kasus Omicron di Selandia Baru bisa terjadi pada Maret nanti dengan infeksi harian berkisar antara 10.000 dan 30.000.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

×