kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ada pandemi, ekspor perikanan naik 7,9% dalam sembilan bulan pertama 2020


Kamis, 19 November 2020 / 19:50 WIB
Ada pandemi, ekspor perikanan naik 7,9% dalam sembilan bulan pertama 2020

Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Pandemi virus corona tak membuat ekspor perikanan Indonesia melempem. Buktinya, Menteri Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Edhy Prabowo menyebut, ekspor produk perikanan malah naik. Sejak awal tahun hingga September 2020, ekspor dari sektor perikanan mencapai US$ 3,67 miliar.

"Apabila kita melihat kinerja ekspor dari perikanan di tengah pandemi Covid-19 kita patut bersyukur karena nilai ekspor Januari-September 2020 mencapai US$ 3,67 miliar dolar AS, naik 7,92% dibanding periode lalu," ujar Edhy dalam Jakarta Food Security Summit-5, Kamis (19/11).

Dia menambahkan, produk perikanan yang paling banyak diekspor antara lain udang sebesar 39,78%, tuna/cakalang/tongkol sebesar 14,07%, cumi/sotong/gurita sebanyak 8,8T, rajungan/kepiting sebesar 7,13% dan rumput laut sebanyak 5,51%.  

Baca Juga: Pemerintah siapkan anggaran jumbo untuk jaga ketahanan pangan tahun depan

Sedangkan, negara tujuan utama ekspor perikanan ini antara lain Amerika Serikat dengan porsi 40,82%, China sebesar 15,41%, Jepang 11,76%, negara ASEAN 1,67% dan Uni Eropa sebesar 5,75%.

Edhy tak menampik, Indonesia masih mengalami berbagai hambatan untuk meningkatkan ekspor perikanan. Beberapa hambatan tersebut seperti Indonesia yang dinilai belum memenuhi standar kualitas pasar Jepang juga tingginya tarif bea masuk untuk produk perikanan ke Jepang dan Uni Eropa.

"Bahkan AS semakin memperketat kriteria dan kualitas produk impornya seperti jaminan keamanan produk perikanan," ujar Edhy.

Edhy menyebut, sebenarnya Indonesia berpotensi untuk melakukan diversifikasi pasar ekspor. Beberapa pasar non tradisional yang bisa disasar seperti Afrika, Timur Tengah, Rusia dan Amerika Latin.  Akan tetapi, tidak adanya  Comprehensive Economic Partnership Agreement ke negara-negara tersebut membuat akses pasar ke kawasan tersebut belum terbuka secara maksimal.

Karenanya. dia pun meminta bantuan dari Kementerian Luar Negeri untuk bisa mempermudah dan mempercepat memasuki pasar tersebut.

"Saya yakin kita bisa menerobos pasar itu, karena ongkos produksi perikanan Indonesia masih jauh lebih rendah," kata Edhy.

Berbeda dengan produk ekspor, Edhy menyebut kinerja impor sektor perikanan hingga September tahun ini justru mengalami penurunan, dimana impor  mencapai US$ 330 juta atau turun 6,66%.  

Baca Juga: Kadin ikut membenahi sektor fundamental pertanian

Lebih lanjut Edhy juga mengatakan pandemi Covid-19 memang menjadi tantangan bagi berbagai sektor. Meski begitu, dia juga menjelaskan bahwa pandemi ini justru menjadi salah satu peluang untuk membangkitkan ekonomi di sektor perikanan dan kelautan, mengingat masyarakat dan berbagai negara masih membutuhkan makanan.

Tak hanya itu, dia juga menyebut sektor perikanan masih bisa ditingkatkan di dalam negeri melihat produksi sektor ini belum optimal.

Selanjutnya: Kemenkop UKM sebut 8 komoditas akan masuk program korporasi pangan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×