kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.205   64,04   0,90%
  • KOMPAS100 1.107   12,22   1,12%
  • LQ45 878   12,25   1,41%
  • ISSI 221   1,22   0,55%
  • IDX30 449   6,60   1,49%
  • IDXHIDIV20 540   5,96   1,12%
  • IDX80 127   1,50   1,19%
  • IDXV30 135   0,68   0,51%
  • IDXQ30 149   1,81   1,23%

Ada pandemi Covid-19, industri kemasan dalam negeri laris manis


Rabu, 17 Februari 2021 / 10:25 WIB
Ada pandemi Covid-19, industri kemasan dalam negeri laris manis

Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di masa pandemi Covid-19, industri kemasan dalam negeri laris manis. Asosiasi Industri Olefin Aromatik Plastik Indonesia (Inaplas) mengungkapkan saat ini pelaku industri dari sejumlah segmen ada yang harus inden 3-4 bulan untuk mendapatkan kemasan yang dipesannya. 

Sekretaris Jenderal INAPLAS, Fajar Budiono mengatakan di sepanjang tahun lalu, secara demand menurun tetapi karena supply plastik dari impor terkendala pandemi Covid-19 sehingga memaksimalkan penyerapan kemasan plastik dalam negeri. Di sisi lain, menurut Fajar harga bahan baku plastik juga tidak mengalami fluktuasi yang terlalu tajam sehingga membuat industri kemasan menjadi positif. 

Cantiknya prospek kemasan lokal ditandai dengan meningkatnya rata-rata utilisasi industri kemasan di semester II 2020 di level 75% dari yang sebelumnya 50% di semester I 2020. 

"Bahkan saat ini utilisasi pabrik kemasan untuk F&B di level 100% dan untuk packaging segmen personal care semisal botol hand sanitizer sudah di atas 100% karena sejumlah pelaku industri meng-install sejumlah mesin di September 2020," jelasnya kepada Kontan.co.id, Selasa (16/2).

Ada beberapa segmen industri yang bahkan harus menunggu 3 bulan sampai 4 bulan untuk mendapatkan kemasan yang dipesannya. Beberapa contoh produknya adalah kemasan produk higenitas medis, botol hand sanitizer, produk F&B, dsb. "Pesen sekarang baru dua bulan (atau lebih) mereka baru dapat barang," kata Fajar. 

Baca Juga: Indeks manufaktur naik, ini tanggapan Inaplas

Namun tidak semua utilisasi pabrik kemasan bisa beroperasi maksimal. Di  segmen kemasan untuk produk yang berhubungan dengan pariwisata semisal AMDK kemasan gelas diakui Fajar utilisasinya masih di bawah 50% di semester II 2020.  

Di sisi lain untuk ekspor kemasan juga tidak moncer karena adanya keterbatasan kontainer dan pelaku industri melihat pasar dalam negeri sedang bagus sehingga beberapa aktivitas ekspor dibatalkan. 

Kendati demikian, Inaplas tetap optimistis tren permintaan terhadap kemasan khususnya plastik akan terus menguat di kuartal I 2021 dan berlanjut di sepanjang tahun ini. Namun, mereka tidak muluk-muluk, Fajar bilang minimal di semester I tahun ini kinerja industri plastik ditargetkan bisa tumbuh positif di angka 1% sudah cukup bagus. Adapun rata-rata utilisasi pabrik di level 75% di sepanjang 2021. 

Pertimbangan Fajar yang mematok kinerja industri dengan hati-hati karena masih melihat sampai sejauh mana kebijakan PPKM dilaksanakan. Menurutnya, jika UMKM dan pusat perbelanjaan belum buka artinya bisa mempengaruhi daya serap kemasan. 

Maksimalnya penyerapan kemasan lokal, berdampak pada industri bahan baku, yakni biji plastik. Fajar mengatakan saat ini utilisasi pabrik industri biji plastik mencapai 90%-95%. 

Selanjutnya: Industri Beralih ke Plastik Modern, Produksi Plastik Kresek Turun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×