kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ada Ancaman Resesi Global dan Pengetatan Suplai, Simak Prospek Harga Minyak Berikut


Rabu, 14 Desember 2022 / 05:00 WIB
Ada Ancaman Resesi Global dan Pengetatan Suplai, Simak Prospek Harga Minyak Berikut

Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas minyak dihadapkan dengan sejumlah sentimen, salah satunya datang dari perlambatan ekonomi global dan ketidakpastian permintaan dari China

Studi yang dilakukan oleh analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Juan Harahap  menunjukkan, permintaan minyak akan menurun setiap kali resesi terjadi. Misal, pada resesi di Amerika Serikat (AS) yang terjadi pada tahun 2000, 2008, dan 2020, permintaan minyak turun dengan kisaran antara 1,1% sampai 6,8%.

Pada resesi tahun 2000 dan 2008, misalnya, terjadi penurunan permintaan minyak masing-masing sebesar 1,1% year-on-year (YoY) dan 3,5% YoY. Juan memperkirakan permintaan minyak akan turun akibat adanya potensi resesi ini, akan tetapi tidak separah pada saat resesi pandemi Covid-19.

Juan sendiri menilai pasar minyak secara fundamental berada dalam posisi yang lebih solid. Namun,  kurangnya investasi di sektor migas tetap menjadi faktor struktural yang mempengaruhi harga.

Baca Juga: Yield Obligasi Negara Bertahan di Bawah 7%, Simak Saran Analis Ini

Prospek minyak juga dipengaruhi oleh kondisi pasokan. Juan memperkirakan produksi minyak Rusia akan turun tahun depan setelah embargo yang dilakukan oleh Uni Eropa. Butuh effort yang besar bagi India dan China untuk menyerap lebih banyak minyak dari Rusia, meskipun adanya pemberlakuan diskon harga minyak Rusia yang cukup besar. Sebab, India dan China memiliki kontrak pasokan jangka panjang dengan produsen minyak Timur Tengah, termasuk Arab Saudi dan Uni Emirates Arab (UEA)

Kebijakan pembatasan harga juga akan memaksa Rusia untuk memangkas produksi guna mengkompensasi kuota ekspor yang hilang. Di sisi lain, OPEC+ telah sepakat untuk memangkas produksi sebesar 2 juta barel per hari (mbpd) mulai November 2022 hingga akhir 2023, seiring OPEC+ yang ingin mempertahankan harga minyak mentah yang saat ini sedang turun.

Di sisi lain, Amerika Serikat (AS) mencatat produksi minyak mentah yang lebih tinggi dikombinasikan dengan aktivitas pengeboran yang lebih tinggi. Namun, cadangan minyak strategis  AS menurun dengan masif. Sebab, AS bermaksud untuk mengantisipasi pasokan yang lebih rendah dari embargo Uni Eropa.

“Secara keseluruhan, kami memperkirakan harga minyak mentah akan tetap berada di level yang tinggi, yakni pada US$ 88 per barel untuk 2023,” kata Juan, Selasa (13/12).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×