kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

4 Fakta Penting Soal Infeksi Amuba Pemakan Otak


Jumat, 30 Desember 2022 / 11:34 WIB
4 Fakta Penting Soal Infeksi Amuba Pemakan Otak
ILUSTRASI. Korea Selatan melaporkan kasus pertama infeksi dari Naegleria fowleri, yang biasa disebut sebagai amuba pemakan otak.

Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - SEOUL. Korea Selatan melaporkan kasus pertama infeksi dari Naegleria fowleri, yang biasa disebut sebagai amuba pemakan otak.

Melansir The Straits Times, Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA) mengkonfirmasi bahwa seorang warga negara Korea berusia 50-an telah meninggal setelah kembali dari Thailand. Pria itu kembali ke Korea Selatan pada 10 Desember setelah empat bulan bertugas di sana. Dia dirawat di rumah sakit keesokan harinya dan meninggal Rabu pekan lalu.

KDCA mengatakan, pihaknya telah melakukan tes genetik pada tiga jenis patogen penyebab Naegleria fowleri untuk memastikan penyebab kematiannya. Pengujian mengkonfirmasi gen dalam tubuh pria itu 99,6% mirip dengan yang ditemukan pada pasien meningitis yang dilaporkan di luar negeri.

Ini adalah infeksi pertama yang diketahui dari penyakit tersebut di Korea Selatan. Kasus pertama dilaporkan di Virginia pada tahun 1937.

Naegleria fowleri adalah amuba, atau organisme hidup bersel tunggal, yang hidup di tanah dan air tawar yang hangat, seperti mata air panas, danau, dan sungai, di seluruh dunia. Amuba memasuki tubuh lewat hirupan udara atau air melalui hidung dan berjalan ke otak.

Menurut KDCA, gejala awal mungkin termasuk sakit kepala, demam, mual atau muntah. Adapun gejala selanjutnya dapat menyebabkan sakit kepala parah, demam, muntah, dan leher kaku. 

Baca Juga: Berikut gejala disentri pada anak, pencegahan, dan pengobatannya

Masa inkubasi Naegleria fowleri biasanya dari dua hingga tiga hari dan paling banyak hingga 15 hari.

Meskipun penularan Naegleria fowleri dari manusia ke manusia tidak mungkin terjadi, KDCA meminta warga untuk tidak berenang di daerah dan lingkungan di mana penyakit itu menyebar. Ditambahkan bahwa risiko infeksi tidak tinggi, tetapi sebagian besar kasus dimulai dengan berenang.

“Untuk mencegah infeksi Naegleria fowleri, kami merekomendasikan untuk menghindari aktivitas berenang dan rekreasi dan menggunakan air bersih saat bepergian ke daerah di mana kasus telah dilaporkan,” kata Dr Jee Young-mee, kepala KDCA, melalui siaran pers.

KDCA mengatakan air bersih mengacu pada semua jenis air yang belum terkontaminasi, tetapi orang tidak dapat terinfeksi Naegleria fowleri dengan meminum air yang terkontaminasi. 

Ditambahkan bahwa risiko tertinggi adalah ketika suhu air naik selama musim panas.

Baca Juga: 7 Gejala Asam Urat yang Sering Diabaikan, Padahal Bisa Berakibat Fatal

Sebanyak 381 kasus Naegleria fowleri telah dilaporkan di seluruh dunia pada tahun 2018, termasuk di India, Thailand, Amerika Serikat, China, dan Jepang.

AS sendiri melaporkan 154 infeksi dari tahun 1962 hingga 2021. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, hanya empat orang yang selamat, dengan tingkat kematian lebih dari 97%.



TERBARU

×