kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45913,59   -9,90   -1.07%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pembangkit EBT dianggap lebih mahal dari PLTU, ini kata PLN


Jumat, 05 Maret 2021 / 09:40 WIB
Pembangkit EBT dianggap lebih mahal dari PLTU, ini kata PLN

Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengungkapkan pihaknya tetap mendorong pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) untuk pembangkit listrik. Ini dilakukan meski pembangkit berbasis EBT masih kalah ekonomis ketimbang Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

Direktur Perencanaan Korporat PLN Muhammad Ikbal Nur mengungkapkan upaya mendorong EBT dalam desain ketenagalistrikan masih terus diupayakan dengan memprioritaskan kelayakan operasional dan keekonomian.

"Beberapa (pembangkit) EBT memang lebih mahal dari PLTU tapi dicari seminimal mungkin cost-nya seperti cofieing biomassa pada PLTU," kata Ikbal kepada Kontan, Kamis (4/3).

Ikbal menegaskan selama pembangkit EBT layak secara operasional maka pemanfaatan dan pengembangannya akan dikaji oleh PLN.

Menurut Ikbal, Pembangkit EBT seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) memiliki keunggulan jika dibangun dengan kapasitas tertentu dan terkoneksi dengan strong grid.

Baca Juga: PLN pasok listrik 8.660 kVA ke Pelabuhan Pelindo III di Semarang

"Atau PLTS pada daerah yang kompetitif dengan pembangkit diesel pada daerah yang terpencil," sambung Ikbal.

Sementara itu, untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) menurutnya bergantung pada lokasi yang dipilih. Jika dibangun pada lokasi yang tepat maka PLTA tergolong kompetitif dibanding pembangkit lain.

Ikbal melanjutkan, pemberian insentif memang dimungkinkan untuk implementasi EBT. Kendati demikian, pada kondisi saat ini menurutnya perlu ada keseimbangan supply dan demand listrik.

"Banyak program PLTU yang sudah dibangun dalam program 35 GW. Jadi isu terpenting dalam penentuan pembangkit saat ini adalah apakah pembangkit yang diajukan ada demand listriknya atau tidak," jelas Ikbal.

Ikbal melanjutkan, untuk daerah Jawa saja pada 3 tahun ke depan reserve margin akan cukup tinggi mencapai 50% sampai 60% seiring bertambahnya PLTU yang bakal beroperasi.

Selanjutnya: Pengembangan EBT kepentok kondisi PLN

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

×