kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tahun ini, Kementerian ESDM memproyeksi kebutuhan BBM non subsidi capai 48,97 juta kl


Selasa, 19 Januari 2021 / 11:00 WIB
Tahun ini, Kementerian ESDM memproyeksi kebutuhan BBM non subsidi capai 48,97 juta kl

Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksikan volume konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi tahun ini menccapai 48,97 kiloliter (kl).

"Volume di 2021 untuk subsidi baik minyak tanah, solar dan premium totalnya 26,3 juta kl dan non subsidi sekitar 48,97 kl," ungkap Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas Soerjaningsih dalam Konferensi Pers Virtual, Senin (18/1).

Adapun, merujuk data KESDM pada tahun 2020 lalu penjualan Jenis BBM Tertentu (JBT) atau BBM bersubsidi seperti solar dan minyak tanah mencapai 14,39 juta kl atau lebih rendah dari kuota yang ditentukan dalam APBN 2020 sebesar 15,87 juta kl.

Sementara itu, kuota LPG subsidi 3 kg justru jebol dari kuota yang ditentukan yakni mencapai 7,14 juta ton. Asal tahu saja, dalam APBN 2020 kuota yang ditetapkan sebesar 7 juta ton. Sedangkan, penjualan Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) yakni Premium tercatat sebesar 8,44 juta kl atau lebih rendah dari yang dipatok dalam APBN 2020 sebesar 11 juta kl.

Penyaluran BBM nonsubsidi berdasarkan laporan Badan Usaha (BU) mencapai 41,13 juta kl dan LPG sebesar 820 ribu ton. Adapun, penyaluran Fatty Acid Methyl Ester (FAME) mencapai 8,45 juta kl atau masih lebih rendah dari target sebesar 9 juta kl.

Baca Juga: Kementerian ESDM targetkan investasi migas capai US$ 17,59 miliar tahun ini

Merujuk data Kementerian ESDM pada tahun ini potensi impor masih akan terjadi dengan proyeksi sebesar 18,43 juta kl seiring peningkatan kebutuhan mencapai 72,16 juta kl apalagi tingkatan produksi yang diperkirakan masih stabil ditingkatan 44,52 juta kl. Kendati demikian,potensi impor BBM berpotensi ditekan dengan kehadiran produksi biodiesel sekitar 9,2 juta kl pada tahun ini.

Soerjaningsih mengungkapkan, seiring proyek kilang yang masih berjalan diharapkan angka impor dapat ditekan. "Kalau lihat solar sudah hampir mencukupi seluruh kebutuhan nasional, bahkan avtur 2020 melebihi kebutuhan dan bisa ekspor," kata Soerjaningsih.

Ia mengungkapkan impor unutk gasoline berpotensi berkurang pada 2022 nanti dengan rampungnya tahap I Kilang Balikpapan dan proyek kilang lainnya. "Mungkin impor masih akan terjadi tapi tidak terlalu besar," jelas Soerjaningsih.

Disisi lain, PT Pertamina optimistis bisa menekan impor dengan kehadiran 4 proyek RDMP dan 1 proyek GRR. Dengan rampungnya proyek kilang maka kapasitas pengolahan dapat meningkat dari 1 juta barel per hari (bph) menjadi 1,8 juta bph.

Selanjutnya: Kementerian ESDM bakal bangun taman panel surya di kawasan Indonesia Timur

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

×