kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rusia: AS membuat sarang ketegangan jangka panjang di Asia Tenggara


Kamis, 29 Juli 2021 / 05:15 WIB
Rusia: AS membuat sarang ketegangan jangka panjang di Asia Tenggara

Sumber: TASS | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - DUSHANBE. Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu menyatakan pada Rabu (28/7), AS memaksa struktur-struktur mirip NATO di negara-negara Asia Tenggara, sehingga bisa menjadi sarang ketegangan jangka panjang.

Pernyataan Menteri Pertahanan Rusia itu bertepan dengan kunjungan Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin ke sejumlah negara Asia Tenggara mulai Rabu, dimulai dari Singapura, untuk mencari dukungan melawan China.

"Sarang ketegangan jangka panjang dengan skenario yang sulit diprediksi sedang dibuat di sekitar negara-negara anggota SCO (Organisasi Kerjasama Shanghai)," kata Shoigu dalam pertemuan menteri pertahanan SCO, seperti dikutip TASS.

"Metode khas untuk mencapai tujuan tersebut adalah melalui tekanan ekonomi yang agresif, segala macam sanksi yang mungkin, menghasut konflik, dan melakukan kampanye untuk memberi informasi yang salah kepada publik," ujarnya. 

"Ketidakstabilan memanifestasikan dirinya paling akut di Asia Tenggara," ungkap dia. "Washington memaksa negara-negara di kawasan itu untuk membuat struktur yang mirip dengan NATO".

Baca Juga: Perkuat hubungan untuk lawan China, Menteri Pertahanan AS ke Asia Tenggara

Negara yang bergabung di SCO adalah China, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Rusia, Tajikistan, Uzbekistan, India, dan Pakistan.

“Kelompok-kelompok siaga tinggi sedang dibuat, sementara kekuatan dan kemampuan negara-negara non-regional bergabung dalam latihan lebih sering, yang meningkatkan risiko insiden selama kegiatan militer," kata Shoigu.

Menurut dia, AS sedang mengerahkan sistem pertahanan rudal balistik di banyak negara, tapi terkait dengan senjata serang.

Kementerian Pertahanan Rusia telah berulang kali menyatakan, sistem pertahanan rudal balistik AS memainkan peran destabilisasi dan diarahkan terhadap Rusia dan China.

“Situasi ini semakin diperburuk oleh fakta bahwa kelas persenjataan ini juga dapat dikerahkan di Asia setelah Perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah yang dipreteli,” ujar Shoigu.

Selanjutnya: Hadapi China, AS kirim dua lusin jet tempur F-22 ke Pasifik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×