kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Prancis minta kesepakatan 2015 dihidupkan lagi usai Iran lanjutkan pengayaan uranium


Minggu, 17 Januari 2021 / 12:30 WIB
Prancis minta kesepakatan 2015 dihidupkan lagi usai Iran lanjutkan pengayaan uranium

Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID -  PARIS. Prancis kembali menuding Iran sedang dalam proses meningkatkan kapasitas untuk senjata nuklirnya. Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian mendesak, agar Iran dan Amerika Serikat (AS) untuk kembali ke perjanjian nuklir 2015. 

Mengutip Reuters, dalam wawancara yang diterbitkan Sabtu (16/1), Le Drian menyebut, Iran telah mempercepat pelanggaran kesepakatan nuklirnya dan awal bulan ini mulai melanjutkan rencana untuk melakukan pengayaan hingga 20% uranium di fasilitas nuklir bawah tanah Fordow. 

Asal tahu saja, ini adalah level tingkat kemurnian yang dicapai Teheran sebelum mencapai kesepakatan dengan enam negara besar pada 2015 silam.

Pelanggaran perjanjian nuklir Iran yang dilakukan membuat Amerika Serikat (AS) menarik diri dari kesepakatan pada 2018 dan kemudian menjatuhkan sanksi pada Teheran. 

Baca Juga: Senjata paling kuat di dunia, Korea Utara rilis rudal balistik kapal selam baru

Dengan laporan lanjutan ini, maka peluang Presiden terpilih AS Joe Biden, yang menjabat pada 20 Januari, untuk bergabung kembali dengan pakta tersebut semakin sulit.

"Pemerintahan Trump memilih apa yang disebut kampanye tekanan maksimum di Iran. Hasilnya adalah bahwa strategi ini hanya meningkatkan risiko dan ancaman," kata Le Drian kepada surat kabar Journal du Dimanche.

"Ini harus dihentikan karena Iran dan - saya katakan ini dengan jelas - sedang dalam proses memperoleh kapasitas (senjata) nuklir."

Tujuan utama perjanjian itu adalah untuk memperpanjang waktu yang dibutuhkan Iran untuk menghasilkan uranium yang cukup untuk membuat bom nuklir. Hal itu juga bisa digunakan untuk mencabut sanksi internasional terhadap Teheran.

Para diplomat di sejumlah negara Barat mengatakan, pelanggaran berulang yang dilakukan Iran telah mengurangi "waktu breakout" menjadi jauh di bawah satu tahun.

Iran sendiri masih menyangkal bahwa ada niat untuk kembali menjalankan program nuklirnya.

Dengan pemilihan presiden di Iran yang dijadwalkan pada bulan Juni, Le Drian mengatakan sangat mendesak untuk "memberitahu Iran bahwa ini sudah cukup" dan untuk membawa Iran dan Amerika Serikat kembali ke dalam kesepakatan.

Baca Juga: Lawan rudal Korea Utara, Korea Selatan makin tingkatkan kemampuan militer

Sebelumnya Biden pernah menyebut bahwa dia akan mengembalikan AS ke kesepakatan jika Iran melanjutkan kepatuhan ketat terhadap kesepakatan sebelumnya. Di sisi lain, Iran mengatakan, sanksi harus dicabut sebelum membalikkan pelanggaran nuklirnya.

Namun, Le Drian bilang, meskipun kedua belah pihak kembali ke kesepakatan, itu tidak akan cukup.

"Diskusi sulit akan dibutuhkan mengenai proliferasi rudal balistik dan destabilisasi Iran di negara tetangganya di kawasan itu," pungkas Le Drian.

Selanjutnya: Akhir jabatan Trump, AS jatuhkan sanksi ke perusahaan Iran, China dan UEA

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×