kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Melesat 6.200 kilometer per jam, AS berhasil luncurkan rudal hipersonik dari pesawat


Selasa, 28 September 2021 / 20:15 WIB
Melesat 6.200 kilometer per jam, AS berhasil luncurkan rudal hipersonik dari pesawat

Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Untuk pertama kalinya sejak 2013, Pentagon pada Senin (27/9) melaporkan, militer AS berhasil meluncurkan rudal hipersonik buatan Raytheon dalam sebuah program uji coba.

Badan Proyek Penelitian Lanjutan Pertahanan (DARPA) mengatakan, uji terbang senjata yang bernama Hypersonic Air-breathing Weapon Concept (HAWC) telah berlangsung minggu lalu.

"Ini membawa kami selangkah lebih dekat untuk mentransisikan HAWC ke program yang menawarkan kemampuan generasi berikutnya untuk militer AS," ungkap Andrew Knoedler, Manajer Program HAWC, seperti dikutip Reuters.

Baca Juga: Kritik kebijakan AS yang memicu permusuhan, Korea Utara meluncurkan tembakan ke laut

Senjata hipersonik HAWC mampu melesat dengan kecepatan lebih dari lima kali kecepatan suara, atau sekitar 6.200 kilometer per jam. Rudal yang dibuat oleh Raytheon Technologies ini dilepaskan dari pesawat beberapa detik sebelum mesin scramjet (supersonic combustion ramjet) menyala.

Pada 2019, Raytheon bekerj sama dengan Northrop Grumman untuk mengembangkan dan memproduksi mesin untuk senjata hipersonik. Teknologi mesin scramjet buatan Northrop adalah kunci dari penerbangan berkelanjutan pada kecepatan hipersonik.

Dan Olson, Vice President Divisi Sistem Senjata Northrop Grumman, mengakui, butuh waktu puluhan tahun serta teknik manufaktur yang maju untuk mewujudkan hal ini.

Baca Juga: Korea Utara: Semua langkah kami hanya untuk mengatasi ancaman militer AS

Wes Kremer, President Unit Bisnis Rudal & Pertahanan Raytheon, mengatakan, Pentagon telah mengidentifikasi senjata hipersonik dan kemampuan kontra-hipersonik sebagai prioritas teknis tertinggi untuk keamanan negara.

"Amerika Serikat, dan sekutu kita, harus memiliki kemampuan untuk menghalangi penggunaan senjata ini dan kemampuan untuk mengalahkannya," kata Kremer.

DARPA menjelaskan, HAWC bisa beroperasi secara optimal di atmosfer yang kaya oksigen. Di kondisi itu, kecepatan dan kemampuan manuver HAWC menjadi sulit untuk dideteksi secara tepat waktu.

HAWC bisa menyerang target jauh lebih cepat daripada rudal subsonik dan memiliki energi kinetik yang signifikan bahkan tanpa bahan peledak tinggi.

Selanjutnya: Angkatan Laut Rusia siapkan kapal penjelajah tenaga rudal baru, siap diuji tahun 2023

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×