kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tahun ini, Steel Pipe Industry Indonesia (ISSP) bidik pertumbuhan penjualan 20%


Selasa, 06 April 2021 / 09:35 WIB
Tahun ini, Steel Pipe Industry Indonesia (ISSP) bidik pertumbuhan penjualan 20%

Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Steel Pipe Industry Indonesia Tbk (ISSP) membidik pertumbuhan penjualan di tahun ini hingga 20% dibandingkan 2020. Ada beberapa faktor yang membuat produsen pipa baja yang kerap dikenal dengan nama Spindo ini optimistis dapat meraih targetnya.

Sekretaris Perusahaan ISSP, Johannes Edward menjelaskan perusahaan membidik pertumbuhan pendapatan cukup signifikan di tahun ini mengingat tahun 2020 kondisi ekonomi terganggu pandemi Covid-19.

"Kemungkinan bisa tumbuh 20% dibandingkan 2020. Sedangkan untuk laba kami harapkan dapat mempertahankan atau bahkan meningkatkan margin yang sekarang sudah dicapai," jelasnya kepada Kontan.co.id, Senin (5/4).

Seiring dengan target penjualan yang meningkat, Johannes berharap di tahun ini volume penjualan juga bisa tumbuh sedikitnya 20% dibanding tahun lalu.

Ada sejumlah peluang dan tantangan yang mewarnai prospek bisnis industri besi dan baja lokal saat ini. Terutama dari pasar baja global yang memberikan efek domino ke pasar dalam negeri.

Johannes menjelaskan, tahun 2020 adalah periode yang sangat bergejolak untuk pasar baja global karena dipicu gangguan pasokan akibat pandemi Covid-19. Hal ini berujung pada penutupan pabrik atau pengurangan jam kerja sehingga baja perlahan-lahan mulai langka.

Di sisi lain, harga bijih besi sebagai bahan baku utama baja telah meningkat sejak April 2020 karena wabah Covid-19 melanda Brasil selaku produsen bijih besi terbesar dunia. Secara umum, hal ini berdampak pada peningkatan harga besi dan baja yang masih berlanjut hingga sekarang.

Baca Juga: Penjualan Spindo turun 23% di sepanjang 2020

Adapun melihat kondisi industri besi dan baja di dalam negeri, justru ada beberapa faktor yang menciptakan basis permintaan yang kuat untuk baja dan produk baja. Johannes memaparkan, dua faktor tersebut adalah komitmen pemerintah untuk mendukung industri lokal serta produsen baja lokal dengan melakukan kontrol impor yang ketat dan pengumuman pemerintah atas peningkatan pengeluaran untuk infrastruktur.

"Spindo, sebagai produsen pipa baja terbesar, berada pada posisi yang tepat untuk memanfaatkan kondisi ini," kata Johannes.

Nah, di tahun 2021, Spindo melihat prospek bisnis yang cerah. Menurutnya, dengan program vaksinasi besar-besaran yang sedang berjalan, ISSP optimistis menghadapi tahun 2021.

Untuk saat ini, harga baja global dan lokal masih cukup tinggi. Spindo yakin kondisi ini akan terus berlanjut. Selain itu, produsen pipa baja ini juga yakin dukungan pemerintah akan tetap konsisten sepanjang tahun ini, sejalan dengan pertumbuhan anggaran belanja infrastruktur.

"Oleh karena itu, kami yakin pencapaian penjualan 2021 secara umum akan jauh lebih baik dari 2020 dengan mempertahankan margin secara berkelanjutan," kata Johannes.

Di tahun ini, Spindo mengalokasikan capex sebesar Rp 50 miliar di 2021 yang sebagian besar akan digunakan untuk pembangunan depo dan kantor perwakilan. Adapun sejauh ini Spindo berencana membangun dua depo di tahun ini. "Selain itu, Spindo juga akan melakukan peningkatan (improvement) mesin yang akan aktif di pertengahan 2021 mendatang," jelasnya.

Namun sayang, Johannes tidak memerinci mengenai rencana improvement mesin ini lebih jauh. Di sisi lainnya, saat ini ISSP juga sedang mengkaji adanya pengembangan pabrik. Johannes menegaskan tentunya kalaupun jadi pasti rencana tersebut butuh waktu lebih dari setahun untuk menyelesaikannya.

Selanjutnya: Kenaikan Harga Bahan Baku Mengerek Harga Produk Besi dan Baja

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×