kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45982,64   -7,73   -0.78%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Semakin represif, polisi Myanmar tembak peluru karet ke arah pemrotes kudeta militer


Selasa, 09 Februari 2021 / 23:20 WIB
Semakin represif, polisi Myanmar tembak peluru karet ke arah pemrotes kudeta militer

Sumber: Channel News Asia | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - NAYPYIDAW. Polisi menembakkan peluru karet dan gas air mata ke pengunjuk rasa anti-kudeta di ibu kota Myanmar pada Selasa (9/2), ketika para demonstran di seluruh negeri menentang larangan militer untuk berkumpul menyampaikan pendapat.

Protes meletus selama empat hari berturut-turut menentang kudeta 1 Februari untuk menggulingkan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi, kendati ada peringatan dari junta baru bahwa mereka akan mengambil tindakan terhadap demonstrasi yang mengancam "stabilitas".

Di Naypyidaw, ibu kota Myanmar yang dibangun oleh rezim militer sebelumnya, saksi mata mengatakan, polisi menembakkan peluru karet ke pengunjuk rasa setelah sebelumnya "meledakkan" mereka dengan meriam air.

"Mereka melepaskan tembakan peringatan ke langit dua kali, kemudian mereka menembak (ke arah pengunjuk rasa) dengan peluru karet," kata seorang penduduk kepada AFP yang menambahkan, dia melihat beberapa orang terluka, seperti dilansir Channel News Asia.

Baca Juga: Makin represif, polisi Myanmar tangkap puluhan pendemo penentang kudeta militer

Unjuk rasa tolak kudeta militer di Naypyitaw

Seorang reporter AFP di lapangan mengonfirmasikan, polisi melepaskan tembakan dengan peluru karet.

Di Mandalay, kota terbesar kedua di Myanmar, polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa. Polisi menangkap sedikitnya 27 demonstran di Mandalay, termasuk seorang jurnalis, menurut organisasi media setempat.

Memperluas larangan unjuk rasa

Setelah menyaksikan ratusan ribu orang berdemonstrasi menentang kudeta 1 Februari, Panglima Tertinggi Militer Jenderal Min Aung Hlaing membuat pidato di televisi pada Senin (8/2) malam untuk membenarkan perebutan kekuasaan.

Militer telah melarang pertemuan lebih dari lima orang di Yangon, pusat komersial Myanmar, serta Naypyidaw dan daerah lain di seluruh negeri, di mana demonstrasi besar meletus, termasuk di Mandalay.

Jam malam juga diberlakukan di lokasi-lokasi protes.

Baca Juga: Myanmar memanas, demonstrasi melawan militer yang berkuasa terus berlanjut



TERBARU

×