kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pembentukan holding panas bumi merupakan salah satu upaya memenuhi target RUEN


Senin, 01 Maret 2021 / 17:25 WIB
Pembentukan holding panas bumi merupakan salah satu upaya memenuhi target RUEN

Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dewan Energi Nasional (DEN) menilai pembentukan holding panas bumi yang tengah diinisiasi oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bisa jadi strategi dalam mengejar target kapasitas pembangkit Energi Baru Terbarukan.

Anggota DEN Satya Widhya Yudha mengungkapkan target yang ditetapkan dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) yakni sebesar 3.109 MW untuk pembangkit EBT di tahun 2020. Sementara realisasinya kini baru mencapai 2.131 MW.

"Sudah ada gap di 2020 dibanding target RUEN. Di 2025 kita minta 7.239 MW, kalau lihat sekarang (berarti) harus 7.000 lebih suatu tugas tidak mudah," kata Satya dalam diskusi virtual, Senin (1/3).

Satya melanjutkan, pembentukan holding panas bumi oleh Kementerian BUMN merupakan salah satu upaya Kementerian BUMN dan perusahaan-perusahaan BUMN dalam memenuhi target dalam RUEN.

Baca Juga: Kementerian ESDM paparkan peran EBT dalam suistainable city di Indonesia

Satya menjelaskan, target yang ditetapkan dalam RUEN memang tergolong tinggi, untuk itu ia berpendapat perlu ada revisi target yang tertuang dalam RUEN. Jika merujuk Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) maka targetnya jauh lebih rendah kendati juga belum tercapai realisasinya. Target kapasitas terpasang pembangkit EBT dalam RUPTL sebesar 2.289 MW.

"Tidak lama lagi kita akan minta industri geothermal ketemu DEN untuk bagaimana bisa percepat (pengembangan panas bumi)," jelas Satya.

Satya melanjutkan, saat ini DEN memang belum dilibatkan dalam pembahasan holding panas bumi pasalnya masih dalam ranah internal Kementerian BUMN. "Keuntungan holding kalau ke depannya masing-masing ada IPO itu akan mempengaruhi skema me-manage secara terintegrasi holding," kata Satya.

Kendati demikian, Satya memastikan dalam pembentukan holding BUMN haruslah memprioritaskan keuntungan untuk bangsa. Selain itu, dengan status sebagai negara pemanfaat panas bumi terbesar kedua setelah Amerika Serikat, Satya berharap pemanfaatan panas bumi terus bertumbuh. 

Selanjutnya: Dari migas hingga logam tanah jarang, Badan Geologi terus eksplorasi SDA Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

×