kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harbolnas 2020 berhasil mencatatkan nilai transaksi di atas Rp 11,6 triliun


Rabu, 23 Desember 2020 / 18:50 WIB
Harbolnas 2020 berhasil mencatatkan nilai transaksi di atas Rp 11,6 triliun

Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyelenggaraan Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) 2020 berhasil mencatatkan nilai transaksi berkisar di atas Rp11,6 triliun. Angka tersebut melampaui target yang dipasang Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) sebagai penyelenggara. Nilai transaksi ini tercatat dalam hasil survei yang dilakukan Nielsen Indonesia. Survei digelar sepanjang penyelenggaraan Pesta Diskon Tahunan 12.12 ini pada 11 dan 12 Desember 2020.

Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA), Bima Laga mengungkapkan optimismenya pada pertumbuhan ekonomi Indonesia dari sektor digital, terutama industri e-commerce. “Menilik hasil survei, perekonomian Indonesia terbilang kuat dan punya potensi untuk bangkit lebih cepat,” ujar Bima saat membuka acara peluncuran hasil survei penyelenggaraan Harbolnas 2020 yang berlangsung virtual, Rabu (23/12).

Bima melanjutkan, dengan dorongan dari para pelaku industri digital, pihaknya menyambut positif persebaran konsumen Harbolnas kali ini yang mengalami kenaikan. Ia mengungkapkan, hal ini turut menumbuhkan optimisme bahwa ekonomi digital kita bisa memberi sumbangsih besar pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Sementara itu, Director of Nielsen Indonesia, Rusdy Sumantri mengatakan, di saat pandemi, konsumen masih memiliki daya beli yang cukup tinggi. "Sangat mungkin selama ini masyarakat sebagai konsumen menahan diri untuk membeli produk yang di luar kebutuhan utamanya. Kebutuhan utama setiap konsumen pasti berbeda, dan ketika ada momen dengan tawaran ragam promo menarik di Harbolnas tahun ini, mereka pun lebih antusias dan tak lagi menahan diri untuk melakukan pembelian," ujar Rusdy.

Lebih lanjut, Rusdy memaparkan, pandemi memberi pengaruh pada pergeseran pola perilaku konsumen dalam berbelanja online. Seperti diketahui, tren belanja online melesat naik sejak COVID-19 merajalela di Indonesia.

Baca Juga: Penetrasi asuransi di Indonesia rendah, induk usaha OVO bersiap bikin insurtech

Konsumen yang menjadi pasar terbesar berada pada kalangan milenial. Yakni 36% ada pada rentang usia 15-24 tahun, serta 34% lainnya pada kelompok umur 25-34 tahun. Kalangan yang terbilang “dewasa” yakni pada rentang usia 35-44 tahun hanya berkisar 19% saja. Sisanya merupakan konsumen di kelompok usia 45 tahun ke atas. Kaum pria masih mendominasi pembelian.

Fakta lainnya adalah kenaikan transaksi dari luar Jawa. Dominasi transaksi di pulau paling padat di Indonesia ini mulai bergeser. Dari total kenaikan penjualan yakni 28% dibandingkan Harbolnas tahun lalu, kenaikan yang besar berasal dari luar Jawa yakni sekitar 97%.

Bersaing tipis antara produk perawatan diri, makanan dan minuman, serta kebutuhan sehari hari, ketiga produk inilah yang mengalami kenaikan yang signifikan selama Harbolnas di masa pandemi. Sebagian besar pembelian produk-produk tersebut menyasar buatan lokal. Sumbangsih dari produk lokal mencapai Rp5,6 triliun.

"Yang juga menarik diperhatikan adalah daya tarik utama pembelian terletak pada promo ongkos kirim yang gratis, yakni 78%. Setelah itu baru promo potongan harga. Sementara untuk penggunaan voucher dan cashback tidak terlalu diminati konsumen," sambung dia.

Survei menunjukkan konsumen membutuhkan dorongan untuk bisa melakukan pembelian, seperti Harbolnas. Rusdy berkata, dari sisi ongkos kirim, mungkin bisa diperhatikan agar dapat lebih terjangkau untuk konsumen.

Selanjutnya: Induk perusahaan OVO gaet ZA Tech bentuk perusahaan pantungan insurtech di Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×