kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dafam Hotel berharap pemerintah memberi insentif yang tepat sasaran


Rabu, 03 Maret 2021 / 10:50 WIB
Dafam Hotel berharap pemerintah memberi insentif yang tepat sasaran

Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah berencana mengucurkan insentif baru untuk industri hotel, restoran, dan kafe (horeka). Hal tersebut turut mendapat tanggapan dari pelaku usaha perhotelan, salah satunya PT Dafam Hotel Management.

Dalam berita sebelumnya, Menteri Kordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto menyebut, pemerintah sedang membicarakan kembali insentif untuk sektor horeka melalui koordinasi dengan Kementerian Pariwisata dan Kementerian Keuangan. Hal ini dilakukan usai pemerintah memberlakukan insentif fiskal berupa relaksasi pajak untuk sektor properti dan otomotif.

CEO Dafam Hotel Management Andhy Irawan menilai, sejauh ini pemerintah masih memiliki kekurangan dalam urusan mengumpulkan para pelaku usaha pariwisata maupun industri horeka untuk membahas kebijakan insentif prioritas yang dibutuhkan di sektor tersebut. Alhasil, kebijakan yang sudah ada malah cenderung kurang tepat sasaran bagi industri yang membutuhkannya.

“Jadi bukan berarti insentif dari pemerintah kurang baik, tetapi kadang tidak tepat sasaran kepada intinya,” imbuh dia, Selasa (2/3).

Baca Juga: Efek pandemi, industri pariwisata dan perhotelan diprediksi belum pulih tahun ini

Mengenai kondisi bisnis perhotelan terkini, Andhy menuturkan bahwa seluruh hotel yang berada dalam pengelolaan Dafam terdapat peningkatan okupansi saat memasuki awal tahun ini. Namun, tingkat okupansi tersebut tentu belum maksimal seperti keadaan sebelum pandemi Covid-19.

Saat dihubungi terpisah, Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Maulana Yusran mengatakan, salah satu insentif yang dibutuhkan bagi pengelola hotel dan restoran saat ini adalah subsidi modal kerja yang bukan bersifat pinjaman. Hal ini untuk menjaga kelangsungan operasional usaha, termasuk membayar gaji karyawan hingga membayar tagihan listrik dan air.

Menurutnya, modal kerja dalam bentuk pinjaman kurang tepat untuk pelaku usaha hotel dan restoran. Apalagi, baik hotel dan restoran sangat bergantung pada kondisi industri pariwisata yang notabene sedang tertekan dan belum diketahui kapan akan pulih. Justru, dikhawatirkan pengusaha hotel dan restoran tidak mampu mengembalikan pinjaman yang diberikan dari perbankan.

“Sektor pariwisata masih mengalami kerugian. Saya rasa perbankan juga ragu kalau kasih pinjaman, karena risiko gagal bayarnya cukup besar,” ungkap dia, hari ini.

Selanjutnya: Pandemi corona dinilai memunculkan tren hunian baru

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

×