kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak penjelasan Danareksa Research yang proyeksi inflasi Maret 0,15%


Rabu, 31 Maret 2021 / 17:00 WIB
Simak penjelasan Danareksa Research yang proyeksi inflasi Maret 0,15%

Reporter: Bidara Pink | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Danareksa Research Institute (DRI) memperkirakan inflasi pada bulan Maret 2021 capai 0,15% mom atau 1,44% yoy. Prediksi ini lebih tinggi dari capaian inflasi pada bulan Februari 2021 yang sebesar 0,10% mom atau 1,38% yoy. 

Kepala ekonom DRI Moekti P. Soejachmoen menjelaskan, inflasi pada bulan Maret 2021 lebih disebabkan oleh peningkatan harga kelompok bergejolak, khususnya makanan. 

“Kami belum melihat adanya peningkatan permintaan yang signifikan, karena pemerintah memutuskan untuk memperpanjang periode pembatasan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM),” kata dia dalam laporan yang diterima Kontan.co.id, Selasa (30/3). 

Terperinci, inflasi kelompok harga bergejolak diprediksi sebesar 0,68% mom atau setara 1,67% yoy. Ini dipengaruhi oleh peningkatan beberapa komoditas makanan seperti bawang bombai yang naik 10,50% mom, cabai rawit naik 9,58% mom, dan bawang putih naik 3,17% mom. 

Peningkatan harga pangan tersebut sejalan dengan musim hujan, juga adanya gagal panen di sejumlah daerah yang menyebabkan penipisan persediaan. 

Baca Juga: Jelang Ramadan, ekonom Bank Mandiri prediksi inflasi Maret 2021 sebesar 0,12% mom

Sementara itu, inflasi inti diperkirakan akan sebesar 0,16% mom atau 1,40% yoy. Rendahnya inflasi inti ini mencerminkan masih mininya daya beli masyarakat. 

Namun, Moekti mengapresiasi langkah pemerintah untuk mendongkrak daya beli masyarakat dengan menyalurkan bantuan jaring pengaman sosial. Bahkan, hingga 17 Maret 2021, ini mencapai Rp 25,97 triliun atau setara 16,03% dari target Rp 184,83 triliun. 

Sayangnya, implementasi PPKM masih menekan daya beli masyarakat. Ini bahkan terlihat dari penjualan ritel yang masih lemah dan kontraksi 8,36% mom atau kontraksi 16,50% yoy terutama di rekreasi yang tergerus hingga 50,67% mom atau 49,43% yoy dan penjualan bahan bakar yang turun 32,67% mom atau 18,50% yoy.

Sementara harga yang diatur oleh pemerintah (administered prices) diperkirakan akan mencatat inflasi 0,18% mom atau 0,84% yoy. Rendahnya kelompok ini didorong oleh permintaan moda transportasi yang masih rendah, baik itu transportasi darat maupun udara karena pembatasan penumpang. 

Selanjutnya: Loyo, rupiah melemah 0,61% ke Rp 14.568 per dolar AS pada tengah hari ini (31/3)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×